Cerita Dewasa Bersambung – Lalu Tante Nina menaikan celana dalam juga celana pendeknya terus kami gabung lagi sama ibu-ibu yang lain. Esoknya aku masih belum bisa melupakan hal semalam sampai sampai aku panas dingin.
Hari ini semua pengen pergi jalan-jalan dari pagi sampai sore buat belanja oleh-oleh rekreasi. Tapi aku enggak ikut karena badanku enggak enak. “Sen, kamu enggak ikut?” tanya mamiku. “Enggak yah Mam aku enggak enak badan nih tapi aku minta di bawain kue mochi saja yah Mah” kataku.
Yah sudah istirahat yah jangan main-main lagi” kata Mami. “Nina, kamu mau kan tolong jagain si Jansen nih yah, nanti kalau kamu ada pesenan yang mau di beli biar sini aku beliin” kata Mami pada Tante Nina. “Iya deh Kak aku jagain si Jansen tapi beliin aku tales sama sayuran yah, aku mau bawa itu buat pulang besok” kata Tante Nina.
Akhirnya mereka semua pergi, hanya tinggal aku dan Tante Nina berdua saja di villa, Tante Nina baik juga sampai-sampai aku di bikinin bubur buat sarapan, jam menunjukan pukul 9 pagi waktu itu. “Kamu sakit apa sih Sen? kok lemes gitu?” tanya Tante Nina sambil nyuapin aku dengan bubur ayam buatannya.
“Enggak tahu nih Tante kepalaku juga pusing sama panas dingin aja nih yang di rasa” kataku. Tante Nina begitu perhatian padaku, maklumlah di usia perkawinannya yang sudah 5 tahun dia belum dikaruniai seorang buah hati pun. “Kepala yang mana Sen atas apa yang bawah?” kelakar Tante Nina padaku. Aku pun bingung, “Memangya kepala yang bawah ada Tante? kan kepala kita hanya satu?” jawabku polos. “Itu tuh yang itu yang kamu sering tutupin pake segitiga pengaman” kata Tante Nina sambil memegang si kecilku.
“Ah Tante bisa saja” kataku. “Eh jangan-jangan kamu sakit gara-gara semalam yah” aku hanya diam saja. Selesai sarapan badanku dibasuh air hangat oleh Tante Nina, pada waktu dia ingin membuka celanaku, kubilang, “Tante enggak usah deh Tante biar Jansen saja yang ngelap, kan malu sama Tante” “Enggak apa-apa, tanggung kok” kata Tante Nina sambil menurunkan celanaku dan CDku. Dilapnya si kecilku dengan hati-hati, aku hanya diam saja. “Sen mau enggak pusingnya hilang? Biar Tante obatin yah”
“Pakai apa Tan, aku enggak tahu obatnya” kataku polos. “Iyah kamu tenang saja yah” kata Tante Nina. Lalu di genggamnya batang penisku dan dielusnya langsung spontan saat itu juga penisku berdiri tegak. Dikocoknya pelan-pelan tapi pasti sampai-sampai aku melayang karena baru pertama kali merasakan yang seperti ini.
“Achh.. cchh..” aku hanya mendesah pelan dan tanpa kusadari tanganku memegang vagina Tante Nina yang masih di balut dengan celana pendek dan CD tapi Tante Nina hanya diam saja sambil tertawa kecil terus masih melakukan kocokannya. Sekitar 10 menit kemudian aku merasakan mau kencing.
“Tante sudah dulu yah aku mau kencing nih” kataku. “Sudah, kencingnya di mulut Tante saja yah enggak apa-apa kok” kata Tante Nina. Aku bingung campur heran melihat penisku dikulum dalam mulut Tante Nina karena Tante Nina tahu aku sudah mau keluar dan aku hanya bisa diam karena merasakan enaknya.
“Hhgg..achh.. Tante aku mau kencing nih bener ” kataku sambil meremas vagina Tante Nina yang kurasakan berdenyut-denyut. Tante Ninapun langsung menghisap dengan agresifnya dan badanku pun mengejang keras. “Croott.. ser.. err.. srett..” muncratlah air maniku dalam mulut Tante Nina, Tante Nina pun langsung menyedot sambil menelan maniku sambil menjilatnya.
Dan kurasakan vagina Tante Nina berdenyut kencang sampai-sampai aku merasakan celana Tante Nina lembab dan agak basah. “Enak kan Sen, pusingnya pasti hilang kan?” kata Tante Nina. “Tapi Tante aku minta maaf yah aku enggak enak sama Tante nih soalnya Tante..” “Sudah enggak apa-apa kok, oh iya kencing kamu kok kental banget, wangi lagi, kamu enggak pernah ngocok Sen?” “Enggak Tante” Tanpa kusadari tanganku masih memegang vagina Tante Nina. “Loh tangan kamu kenapa kok di situ terus sih”. Aku jadi salah tingkah “Sudah enggak apa-apa kok, Tante ngerti” katanya padaku. “Tante boleh enggak Jansen megang itu Tante lagi” pintaku pada Tante Nina.
Tante Nina pun melepaskan celana pendeknya, kulihat celana dalam Tante Nina basah entah kenapa. “Tante kencing yah?” tanyaku. “Enggak ini namanya Tante nafsu Sen sampai-sampai celana dalam Tante basah”. Dilepaskannya pula celana dalam Tante Nina dan mengelap vaginanya dengan handukku. Lalu Tante Nina duduk di sampingku “Sen pegang nih enggak apa-apa kok sudah Tante lap” katanya. Akupun mulai memegang vagina Tante Nina dengan tangan yang agak gemetar, Tante Nina hanya ketawa kecil.
Lanjut Baca
- Cerita Dewasa Bersambung: Kenikmatan Tante Girang Part 1
- Cerita Dewasa Bersambung: Kenikmatan Tante Girang Part 3
- Cerita Dewasa Bersambung: Kenikmatan Tante Girang Part 4