Cerita Panas Bersambung – “Jangan dijilatin ya, A… linu, langsung masukin aja ya?”
“Yah, Aa kan pengen ngerasain, Say.” jawabku kecewa.
Saat itulah terdengar suara ketukan di pintu kamar. “Teh, Teteh, chargeran HP mamah yang dipinjam teteh dimana?” tenyata mertuaku.
“Nih di meja, mah. Mamah ambil aja sendiri, teteh lagi nanggung nih, pintunya gak dikunci kok.” jawab istriku. Aku melirik padanya, menandakan protes terhadap istriku yang malah menyuruh masuk pada ibunya saat aku dan dia dalam keadaan telanjang.
“Gak pa-pa atuh, A… kan mamah juga sudah pernah liat Aa telanjang. Iya kan, mah?” jawab istriku sambil melirik ibunya yang sudah masuk ke dalam kamar. “Oh iya, mah, gimana sih caranya biar kalau dijilatin gak linu?” lanjut istriku lagi.
“Ya tetehnya rileks atuh, nyantai, jangan ditahan, nikmati aja.” jawab mertuaku.
“Yuk, A, cobain lagi ya…” pinta Risna padaku.
Duh, kacau nih, pikirku. Tiba-tiba moodku hilang dengan masuknya mertuaku itu. Tapi yah tanggung, kasihan juga istriku kalau sampai tak jadi main. Jadi aku coba jilat lagi vaginanya, namun masih sama. Ketika lidahku menyentuh bibir vagina, kaki istriku langsung merapat karena linu.
“Duh, teteh mah… nih, lihat mamah.” nampaknya mertuaku gemas melihat tingkah sang anak. Dia langsung membuka celana dalam dan mengangkatkan dasternya. Mertaku lalu berbaring dan mengangkangkan kakinya. “Coba, A, jilat punya mamah.” lanjutnya.
Aku agak sedikit ragu, kulirik istriku. ”Gak pa-pa, Ris?” aku bertanya.
“Iya, gak pa-pa atuh, A, kan Risna juga pengen tahu.” jawab istriku.
Aku lalu berpindah ke vagina ibu mertuaku. Memang vagina mertuaku sudah berkerut dan bibir vaginanya sudah bergelambir coklat, berbeda sekali dengan vagina istriku yang masih mulus kencang tidak bergelambir. Namun dari aromanya, vagina mertuaku lebih harum dari vagina istriku yang berbau pekat. Aku mulai menjilati bagian luar vagina mertuaku, bibir vagina yang bergelambirnya kuhisap-hisap. Mertuaku mulai mendesah, sedangkan istriku memperhatikan secara seksama di sampingku.
“Nih, teh, kaya gini… nyantai aja, ahhhh…” kata metuaku sambil mendesah.
Lalu aku jilati klitorisnya yang menyembul. Desahan mertuaku semakin menjadi. Saat itu juga istriku menarik tangan kiriku dan menempelkannya di vaginanya untuk kumainkan. Aku tak berhenti menjilati vagina mertuaku dan tanganku juga aktif di vagina Risna. Sekarang istriku pun mulai mendesah.
“Sudah, A, tuh jilati juga punya teteh.” kata mertuaku sambil beranjak mau pergi. Aku pun menghentikan jilatan di vaginanya.
“Mamah mau kemana? Jangan pergi dulu atuh, mah.” Istriku mencegah ibunya pergi.
“Sudah, Teteh terusin aja. Nanti mamah malah jadi pengen…” jawab mertuaku.
“Ajarin Teteh lagi atuh, mah. Kalau pengen, ntar sekalian dimasukin sama Aa. Mau kan, A?” Risna melirikku.
“Yah, gimana Risna sama mamah aja.” kataku pada akhirnya. Siapa juga yang bisa menolak kenikmatan seperti ini.
“Ya sudah, tuh terusin dulu jilatin punya teteh, A.” kata mertuaku.
Aku pun bersiap kembali menjilat vagina istriku yang dari tadi sudah mengangkang lebar. “Pelan-pelan ya, A.” kata istriku.
Perlahan mulai kujilati vaginanya. Pertama-tama aku jilati bulu-bulunya, lalu bagian luar secara perlahan. Risna mulai menikmati dan mengeluarkan desahannya. Kemudian kulanjutkan dengan bagian dalam vaginanya, perlahan-lahan klitorisnya kujilati. Saat klitorisnya kuhisap, istriku seperti tersentak kaget sambil memegangi tangan ibunya yang sudah ada di sampingnya.
“Linu, A.“ erang istriku. “Udah ya, A?!” pintanya.
Aku pun berhenti menjilati vagina istriku, lalu aku berganti ke payudara istriku. Kujilati puting kanan payudaranya, dan tanganku meremas payudara yang sebelah kirinya. Istriku sangat menikmati, desahannya semakin mengencang. Pada saat itu juga tiba-tiba penisku terasa hangat. Rupanya penisku sudah berada di mulut ibu mertuaku yang masih menggunakan daster. Sungguh terasa nikmat.
Melihat aku yang sedang menikmati kuluman mertuaku, istriku langsung bangun dan menyuruhku terlentang. Istriku memperhatikan secara detail kuluman mertuaku terhadap penisku. Melihat istriku yang memperhatikannya, mertuaku menyuruh istriku menggantikannya mengulam penisku. Kemudian dia membuka daster dan BH-nya sehingga telanjang bulat. Didekatkannya puting payudara yang sudah agak mengendur ke mulutku. Tanpa bertanya lagi, aku langsung menghisap dan menyedot puting itu.
“Masukin, Ris. Masukin!” aku sudah tidak tahan dengan kulumannya, kusuruh istriku untuk memasukkan penisku ke dalam vaginanya.
Istriku pun langsung menaikiku dan memasukan penisku ke lubang vaginanya. Perlahan-lahan dia bergoyang, sedangkan mulutku masih menghisap puting mertuaku. Tanpa kusadari, tangan mertuaku memegangi pinggul istriku, memberikan arahan dalam bergoyang. “Nah, gitu, teh. Enak kan?” katanya sambil memberi arahan goyangan memutar pada istriku.
“Iya, mah… ahhh… Teteh mau keluar, mah… Aaahhhhhhh…” seketika itu vagina Risna mencengkeram erat batang penisku, tubuhnya mengejang. Dia sudah orgasme. Lalu istriku menghentikan goyangannya dan mengatur nafasnya.
“Gantian mamah ya?” kata mertuaku. Istriku turun dari atas tubuhku sambil menarik ibunya untuk menggantikan posisinya. Namun saat mertuaku hendak naik, aku menolaknya. Aku tahu kalau mertuaku sudah bergoyang di atas, aku pasti cepat keluar.
“Mamah di bawah dulu ya…” kataku sambil mendekap tubuh montoknya dan meletakannya dalam posisi telentang. Kumasukkan penisku ke vaginanya yang bergelambir, kudekap erat tubuhnya sambil kuciumi mulutnya. Kugoyang terus sambil terus kuciumi mertuaku. Kuciumi lehernya, kucupang sampai memerah.
“Ahhhh… terus, A! Iya, begitu! Enak banget…!” ucapan itu keluar dari mulut mertuaku.
Mendengar desahannya, semakin kupercepat kocokan penisku pada lubang vaginanya. Dan beberapa saat kemudian, tubuhnya mengejang, tangannya memelukku kencang, sementara vaginanya mencengkeram keras.
“Aa… mamah keluar… hah.. hah.. hah.. hah..“ nafas mertuaku masih terputus-putus. Sebenarnya saat tadi juga aku hendak keluar, namun kucoba tahan.
“Teh, sama teteh lagi nih.” kata metuaku.
“Gak ah, mah, teteh masih linu. Sama mamah aja ya, gak pa-pa kan, A?” istriku bertanya padaku.
Aku juga sebenarnya lebih menikmati mertuaku dibanding istriku, mungkin karena lebih berpengalaman. “Ya sudah, tapi ganti mamah yang di atas ya?” aku mengiyakan.
Kami pun bertukar posisi, sekarang mertuaku yang berada di atas. Pada saat penisku menancap di vaginanya, mertuaku tidak langsung menggoyang. Tapi justru ini yang paling aku suka, saat penisku serasa dicengkeram-cengkeram oleh dinding vaginanya.
“Enak, mah.” gumamku tanpa sadar.
“Ntar teteh ajarin yang itu ya, mah.” kata istriku.
“Iya, ntar mamah ajarin.” kata mertuaku dengan senyum bangga.
Tak lama kemudian mertuaku mulai bergoyang. Payudaranya yang sudah menggelantung terlihat naik turun sesuai irama. Dan seperti yang sudah aku kira kalau aku tak kuat lama kalau mertuaku yang di atas. “Nikmat, mah. Aa mau keluar nih. “ kataku.
“Keluarin aja, A. “ jawab mertuaku.
Kugenggam tangan istriku yang berada di sampingku, dan tak lama kemudian kurasakan nikmat yang tak terkira saat air maniku keluar, menyembur dari penisku, menghujam jauh ke liang vagina mertuaku. Crot.. crot.. crot.. crot..! “Arghhhhhhh…” aku menjerit penuh kepuasan.
Setelah selesai, mertuaku langsung turun. Masih dalam keadaan telanjang, dia lalu pergi meninggalkan kamarku. Sekarang tinggallah aku dan istriku. Kubelai rambutnya. Meskipun terasa gila, tapi kurasakan aku semakin sayang kepadanya.
“Ris…” aku memanggil.
“Iya, A.” sahut istriku.
“Kok bisa ya kamu berbagi seperti itu?” tanyaku yang masih heran.
“Risna sama mamah mah dari dulu sudah dekat banget. Apa-apa suka berdua, pergi kemana-mana berdua, tidur berdua, bahkan mandi juga kadang suka berdua sama mamah. Makanya kalau Aa main sama mamah ya udah, ga masalah buat Risna.” jawabnya.
“Jadi Risna juga berbagi suami sama mamah?”
“Ya nggak atuh, A. Aa tuh suaminya Risna, trus kalau mamah ya tetep aja mertuanya Aa. Ini kan cuma masalah seks aja, A. Risna juga kasihan sama mamah, semenjak bapak sakit sampai meninggal, mamah tuh gak pernah berhubungan badan gitu, palingan cuma masturbasi sendiri. Terus kan nanti kalau Risna lagi mens atau sehabis ngelahirkan, kan gak bisa main. Jadi kalau Aa mau, tinggal main sama mamah, Risna kan gak mau Aa jajan atau nyari di luar.” jawaban istriku begitu datar seperti yang biasa, padahal bagiku ini hal yang aneh dan juga begitu gila. Tapi yah kalau boleh jujur, aku merasa lebih puas main dengan mertuaku yang lebih berpengalaman.
***
Setelah saat itu, kami sering bermain bertiga, bahkan tak jarang kalau istriku sedang kerja, aku bermain dengan mertuaku, tapi dengan sepengetahuan istriku. Sekarang aku sudah 5 tahun menikan dan sudah dikarunia seorang anak. Sampai saat ini juga aku masih suka berhubungan badan dengan mertuaku, apalagi kalau istriku sedang datang bulan.
Baca Juga
- Cerita Dewasa Bersambung: Kenikmatan Tante Girang
- Cerita Seks Bersambung Birahi Ibu dan Anak
- Cerita Panas Bersambung Bugil dengan Pembantu
- Novel Dewasa: Seks Teman Kantor
- Cerita Dewasa: Seks Kebaya Merah
- Cerita Panas: Tukang Kebun Besar Kali
- Novel Erotis Istri Selingkuh
- Wattpad Dewasa Ngentot Anak SMP
- Cerbung Ngeseks Dengan Kakak Dan Adik Kandungku
- Ketahuan Coli Jadi Ngewe sama Bibi
- Ngentot Ukhti di Hutan
- Istri yang Diperkosa Supir
- Dibantu Intan di Kamar Mandi
- Hilangnya Perawan Pramugari