Cerita Panas Bersambung – “Gantian ya, A.” tanpa memberi kesempatan menjawab, ibu mertuaku langsung naik dan menindih wajahku dengan selangkangannya. Vaginanya langsung menghujam wajahku, namun tidak seperti yang kubayangkan, ternyata vaginanya tidak terlalu bau, bahkan nyaris tak berbau, hanya bau daun sirih yang kucium. Dibandingkan dengan ibu mertuaku ini, vagina Risna istriku ternyata lebih bau, sekali lagi pengalaman yang membedakan.
Lidahku pun bergoyang di vagina ibu mertuaku, saat klitorisnya kumainkan, terdengar desahan nikmat darinya. “Hmm… pintar juga nih Aa.” Ibu mertuaku turun dari atas wajahku. “Kalau punya Teteh suka dijilatin juga gak A?” lanjutnya.
“Gak pernah. Risna gak mau, mah.” Duh, kepikiran lagi istriku, Risna. Maafkan Aa ya. Mungkin mamahmu ini sudah edan. Sudah dua tahun gak ngerasain, makanya jadi haus banget. Tapi tidak bisa kupungkiri juga, dia memang hot. Aku lebih horny dengan mamah kamu dibanding kamu, ucapku dalam hati.
“Yuk, sekarang masukin punya Aa ke mamah.” mertuaku langsung tidur mengangkang.
Kali ini aku tak berpikir panjang, kuhujamkan penisku yang sudah mengeras ke vagina ibu mertuaku. Perlahan-lahan kukocok dan dengan berirama kocokanku kian cepat. “Hmm… sudah bagus ritmenya A. Terus. Terus, A!” rintihnya.
Tak lama kemudian nampaknya ibu mertuaku mencapai orgasme, tubuhku dipeluknya erat sampai kukunya terasa mencengkeram kulit punggungku. “Ahhh… mamah keluar A!” ucapnya. Untuk sesaat, aku pun berhenti. “Sekarang mamah yang di atas ya, A!” ucapnya lagi, aku pun hanya mengangguk mengiyakannya.
Aku telentang, ibu mertuaku langsung menaikiku dan memasukan penisku ke vaginanya. Mertuaku hanya diam, tidak bergoyang, namun kurasakan vaginanya meremas-remas penisku. Sungguh nikmat.
“Gimana A, enak gak?” tanya mertuaku.
“Iya, mah. Enak!” sahutku.
“Teteh mah belum bisa kaya gini, harus senam khusus dulu.” kata mertuaku. dia lalu bergoyang naik turun, tangannya menuntunku untuk meremas payudaranya yang sudah agak kendur. Sesekali putingnya yang kecoklatan aku mainin, dan pada saat itu juga desahan dari bibir mertuaku terlontar.
Setelah beberapa lama bergoyang erotis, mertuaku akhirnya mencapai puncak orgasme yang kedua. Kurasakan selangkangannya menjepit pinggulku, liang vaginanya mengejang, mengeras, mencengkeram kuat batang penisku.
“Ahhh… Ahh… mamah keluar lagi… Aa juga keluarin donk.” rintihnya.
“Eh, iya, mah.” jawabku sambil menikmati jepitan vaginanya.
Beberapa saat kemudian, dengan posisi yang masih sama, mertuaku kembali bergoyang. Kali ini goyangannya memutar. Kurasakan sensasi yang berbeda dari goyangan yang tadi. Penisku terasa dimanjakan dan terkena pada titik sensitifnya. Makin cepat goyangannya, makin tak bisa aku tahan. “Aku mau keluar, mah.” erangku.
“Keluarin aja, A!” jawab mertuaku.
“Dimana, mah?” aku ragu untuk menembakan sperma di dalam vaginanya.
“Yah di dalam aja, A.”
“Gak pa-pa nih, mah?” aku masih ragu.
“Gak pa-pa, A, biar nikmat.” sahut mertuaku.
Kulepaskan cairan sperma yang dari tadi kutahan. Lima kali muncratan aku rasa spermaku menghujam vagina mertuaku. Setelah selesai muncratannya, mertuaku langsung mengeluarkan penisku dari vaginanya dan turun dari atas tubuhku.
“Ternyata Aa udah hebat mainnya.” ucap mertuaku. “Ya udah, mamah mandi dulu yah, A.” dia meninggalkan kamar dengan masih keadaan telanjang bulat. Ditentengnya baju senam yang tadi berserakan di lantai.
Aku tidak sempat membalas ucapan mertuaku karena aku masih sibuk mengatur nafas. Pikiranku melayang membayangkan apa yang telah terjadi. Kepuasan yang begitu hebat. Ingin aku menyusul mertuaku ke kamar mandi dan mengulangi yang telah kami lakukan. Tapi saat itu juga aku terbayang wajah Risna istriku. Tidak! cukup kali ini saja, aku gak boleh mengulangi lagi, ucapku dalam hati.
Setelah mertuaku selesai mandi, aku segera mandi pula. Selesai mandi, aku langsung keluar menyalakan motor. Aku bilang ke mertuaku kalau aku mau servis motor sekalian jemput istriku. Padahal tidak ada rencana pada hari itu aku servis motor, namun aku tak bisa berduan dalam satu rumah dengan mertuaku yang edan itu. Bisa-bisa nanti aku ditidurin lagi. Memang nikmat dan memuaskan sih, tapi aku tak tega mengkhianati istriku.
Rupanya terlalu lama servis motornya sehingga aku terlambat menjemput istriku yang memang hanya setengah hari kerjanya. Setelah aku telepon, ternyata istriku sudah pulang duluan dan berada di rumah, saat itu juga aku putuskan kembali ke rumah.
Setiba di rumah, kudapati isriku dan mertuaku sedang mengobrol di depan TV. Aku hanya menyapa mereka dan langsung menuju kamar. Aku sengaja tidak ikut mengobrol karena masih terbayang apa yang telah aku lakukan bersama mertuaku tadi. Aku tidak bisa membayangkan seandainya istriku tahu apa yang telah kami lakukan.
Tidak beberapa lama, isriku menyusulku masuk ke kamar. “Udah makan, A?” dia menyapa.
“Belum, ntar aja ah, Ris, belum lapar.” nafsu makanku seolah hilang.
“Tadi sama mamah gimana, A?” Dug! Pertanyaan itu terasa tajam. Apakah istriku sudah tahu? Apa yang akan dikatakan istriku nanti. Baru 3 bulan nikah, aku sudah selingkuh, dengan ibunya dia sendiri lagi. “Aa?” Risna memanggil lagi.
Aku menarik nafas dalam-dalam. “Maafin Aa, Ris… Aa gak bermaksud, tapi mamah yang…”
Belum selesai kalimatku, istriku langsung memotong. “Aa kenapa sih? Kan Risna yang menyuruh mamah.” ucapnya.
“Maksudnya?” aku terkaget dan juga bingung dengan ucapannya.
“Iya, memang Risna yang nyuruh mamah buat main sama Aa.” Aku semakin bingung dengan ucapannya, apakah istriku mau ngetest kesetianku. Kalau memang iya, berarti sudah gagal lah aku.
“Gimana, Aa puas main sama mamah?”
“Emang maksud Risna tuh apa sih?” nadaku agak meninggi.
“Aa marah yah?” Pertanyaannya semakin membuatku bingung, kenapa harus aku yang marah? Seharusnya kan Risna yang marah karena aku telah berselingkuh dengan ibunya.
“Risna selama ini ngerasa belum bisa muasin Aa.” lanjutnya. “Risna sudah belajar sama mamah, semua yang mamah ajarin juga udah Risna praktekin, tapi tetep aja Risna masih belum ngerasa Aa belum terpuaskan. Mamah juga katanya bingung mau ngajarin Risna apalagi soalnya mamah sendiri belum tahu Aa sukanya kaya gimana, makanya Risna nyuruh mamah nyobain main ma Aa.”
Gila! Ibu dan anak sama edannya. Aku selama ini memang suka kikuk kalau sedang bercinta dengan istriku, Risna, karena selama ini aku biasa bermain dengan wanita-wanita yang sudah berpengalaman. Tapi apa selama ini Risna gak sayang sama aku sehingga dia tidak cemburu sama sekali aku bercinta dengan orang lain?
“Sebenarnya Risna sayang gak sama Aa?” aku bertanya penasaran.
“Ya sayang atuh, A!” jawabnya singkat.
“Tapi kamu kenapa gak cemburu Aa bercinta dengan orang lain?”
“Ah, Aa, orang lain siapa? Itu kan mamah Risna sendiri, ngapain juga pake cemburu, kalau Aa mainnya sama orang lain, baru Risna cemburu.”
“Emang tadi mamah bilang apa saja sama Risna?”
“Ya bilang yang Aa suka seperti apa, sukanya diapain… mau praktekin sekarang A?”
“Ayo,” jawabku singkat.
Risna langsung membuka celanaku dan mengeluarkan penisku. Dihisapnya penisku secara perlahan, memang hisapannya berbeda dari biasanya namun masih tetap lebih nikmat ibunya. Setelah penisku cukup keras, aku menyuruh istriku berhenti mengulumnya. Lalu aku menelanjangi istriku dan bersiap untuk merangsangnya. Kulumat mulut istriku, sambil kuremas-remas payudaranya. Payudara istriku memang tidak terlalu besar dibandingkan ibunya, mungkun hanya ukuran 34B, tetapi masih kencang dan kenyal saat diremas. Lalu aku buka kakinya hingga mengangkang dan hendak kujilati vaginanya. Namun ketika lidahku sudah menyentuh bibir vaginanya, istriku menolak.
Baca Juga
- Cerita Dewasa Bersambung: Kenikmatan Tante Girang
- Cerita Seks Bersambung Birahi Ibu dan Anak
- Cerita Panas Bersambung Bugil dengan Pembantu
- Novel Dewasa: Seks Teman Kantor
- Cerita Dewasa: Seks Kebaya Merah
- Cerita Panas: Tukang Kebun Besar Kali
- Novel Erotis Istri Selingkuh
- Wattpad Dewasa Ngentot Anak SMP
- Cerbung Ngeseks Dengan Kakak Dan Adik Kandungku
- Ketahuan Coli Jadi Ngewe sama Bibi
- Ngentot Ukhti di Hutan
- Istri yang Diperkosa Supir
- Dibantu Intan di Kamar Mandi
- Hilangnya Perawan Pramugari