Cerita Seks Bersambung – Vagina Ustazah Nur jadi terlihat licin dan mengkilap sekarang. Tadi saja sudah terlihat begitu indah, apalagi sekarang. Dokter Pram yang sering melihat kemaluan wanita saja, sempat berhenti sebentar karena saking terpesonanya. Sekilas ia menatap kemaluan Ustazah Nur tanpa berkedip, memperhatikan saat benda itu berkedut-kedut ringan seiiring nafas Ustazah Nur yang semakin cepat karena saking malunya. Ingin ia melihat lebih lama lagi, namun janji sumpah setianya sebagai dokter melarang hal itu. Maka sambil sedikit bergidik, dokter Pram menarik pandangannya.
”Hah,” Ustazah Nur menghela nafas lega, namun itu cuma sementara, karena selanjutnya sang dokter sudah bersiap untuk langkah berikutnya.
”Ustazah tidak apa-apa? Saya akan memulai pemeriksaan,” kata dokter Pram sambil mulai menutul dan menguak-nguak lubang kelamin Ustazah Nur dengan ujung jarinya.
Ustazah Nur yang tidak diberi kesempatan untuk bernafas, kontan mengeluh karenanya. Namun sepertinya dokter Pram tidak mengetahui, atau tidak peduli? Entahlah, yang pasti, laki-laki itu terus memegang dan memeriksa alat kelamin Ustazah Nur. Dengan jari-jari tangannya yang panjang dan keriput, dia terus mengelus dan memijitinya. Ditelusurinya vagina cantik Ustazah Nur tanpa berkedip, tiap bagiannya ia perhatikan dengan teliti. Air cinta Ustazah Nur yang mulai mengalir keluar diusapnya dengan hati-hati agar tidak menghalangi pandangan. Dokter Pram sepertinya jenis orang yang teliti.
”Hmm, sepertinya semua baik-baik saja,” kata laki-laki tua itu, tangannya terus bermain di permukaan kewanitaan Ustazah Nur.
Sang ibu guru muda yang diperlakukan seperti itu, sebenarnya ingin protes, namun tidak berani. Siapa tahu ini benar-benar prosedur normal, bukan seperti kata hatinya, yang merasa kalau jari-jari tangan dokter Pram seperti merangsang dirinya! Sama seperti yang biasa dilakukan suaminya ketika merayu untuk mengajak bercinta. Akibatnya, cairan kewanitaan Ustazah Nur jadi meleleh deras sekarang. Semakin lama menjadi semakin banyak. Karena malu, ia pun menguatkan diri untuk melayangkan protes. Ustazah Nur tidak ingin digoda lebih lama lagi. Sudah tahu kalau kewanitaannya baik-baik saja, kenapa masih dipegangi juga?
”Ehm, dok… a-apa nggak sebaiknya pake s-sarung tangan? B-bersalaman aja k-kita tidak boleh, a-apalagi bersentuhan s-seperti ini!” sergah Ustazah Nur dengan nafas panjang pendek. Wajah cantiknya sudah memerah karena malu.Dokter Pram menoleh dan tersenyum bijak, ”Sarung tangan cuma membatasi feeling saya, Ustazah. Begini lebih baik, hasil diagnosanya bisa lebih akurat.” kata laki-laki tua itu.
”T-tapi… saya masih keberatan,” Ustazah Nur mengeluh, ia berusaha keras melawan rangsangan yang datang… karena sambil berbincang, tangan dokter Pram terus memegang dan memijit-mijit kemaluannya.
”Ustazah tenang saja, biar saya yang menanggung dosanya. Yang penting Ustazah cepat sembuh.” doktor Pram menggunakan dua jarinya untuk menguak lubang kemaluan Ustazah Nur. Kalau tadi cuma permukaannya yang terlihat -yang mana itu sudah membuat Ustazah Nur malu bukan main-sekarang seluruh lorong dan celah kewanitaan sang Ustazah terlihat jelas.
Sungguh indah bukan main. Warna dan lipatannya yang masih tampak sempurna sanggup membuat dokter Pram terdiam. Lagi-lagi pria itu terpesona, bagaimana bisa wanita alim seperti Ustazah Nur yang jarang merawat tubuh bisa memiliki alat kelamin sebagus ini. Sungguh suatu anugrah dari yang kuasa. Mungkin ini yang namanya karunia, kalau tidak mau dikatakan mukjizat.
”Ahh, dok…” kembali Ustazah Nur membuka suara, mencoba untuk memprotes. ”K-katanya baik-baik saja, k-kenapa masih diteruskan?” tanyanya dengan suara berat.
”Tadi cuma bagian luar saja, yang dalam kan belum saya periksa.” kilah dokter Pram. Dengan satu jari ia mengorek kemaluan Ustazah Nur.
Tak dinyana, Ustazah Nur yang sejak tadi sudah matian-matian berusaha menahan diri, tiba-tiba saja berteriak kencang. ”Dok, auw!” jeritnya parau.
Doktor Pram sempat terkejut, namun selanjutnya tersenyum penuh pengertian. ”Kenapa, Ustazah? Sepertinya saya tidak menyentuh bagian yang sakit.”
”Ah, s-saya…”
Belum selesai Ustazah Nur menjawab, dokter Pram sudah cepat memotong, ”Jangan bilang kalau jari saya lebih besar dari kemaluan suami Ustazah,”
Ustazah Nur terdiam, matanya melotot, sementara mulutnya komat-kamit ingin membalas kekurang-ajaran dokter tua itu, namun ia tidak bisa mengeluarkan suara karena apa yang dikatakan oleh dokter Pram memang benar adanya. Memang tidak lebih kecil sih, tapi ukuran penis suaminya sama dengan jari dokter Pram (Menyedihkan bukan?) itulah kenapa ia menjerit, saat dokter Pram memasukkan jarinya, Ustazah Nur jadi merasa seperti disetubuhi.Melihat keterpanaan Ustazah Nur, doktor Pram tersenyum nakal dan meneruskan aksinya. Tangannya kembali mengorek-ngorek vagina Ustazah Nur, sementara mulutnya berbisik, ”Punya saya lima kali lebih besar dari ini lho,”
”Hah,” Ustazah Nur mendelik marah, sama sekali tidak menyangka kalau dokter tua yang kelihatan sopan itu kini menggodanya. ”Dokter jangan macam-macam ya, saya…”
”Kenapa, Ustazah ingin melihatnya?” tantang dokter Pram dengan lebih berani. Ia nekad berbuat seperti itu karena meski melihat Ustazah Nur marah, tapi wanita itu seperti terlihat pasrah. Hanya mulut dan matanya yang memprotes, sementara gerak-gerik dan isyarat tubuhnya menunjukkan hal yang sebaliknya.
”Bukan!” Ustazah Nur menggeleng cepat, ”Mana mungkin ada yang punya barang sebesar itu,” ujarnya kemudian dengan muka menunduk menahan malu, entah kenapa ia bisa berkata seperti ini, padahal biasanya ia paling anti berkata jorok.
”Haha,” dokter Pram tertawa, tangannya terus bergerak membelai kemaluan sang Ustazah cantik dengan mesra. Benda itu sudah sangat membanjir sekarang. ”Ustazah mau bukti?” tanyanya menggoda.
Ustazah Nur terdiam, tubuh sintalnya menggeliat, namun tidak bisa melepaskan diri dari kekangan penyangga yang menahan kakinya. Usahanya memang tidak terlalu keras, karena meski ia tidak menginginkannya, perbuatan dokter Pram sanggup memancing gairahnya secara perlahan. Itu yang membuatnya jadi sedikit pasrah.
”Dari tadi, benda ini bikin saya penasaran,” kata dokter Pram sambil menekan pelan kelentit Ustazah Nur.
”Auw!” seperti tadi, kali ini perempuan cantik itu juga berteriak kesakitan.
”Aha, sepertinya kita menemukan letak penyakit Ustazah.” kata dokter Pram pura-pura gembira. Tangannya bergerak mengusap pelan kelentit Ustazah Nur, mencoba menaksir apa kiranya benjolan merah yang terasa kaku itu.
”I-iya, dok… i-itu yang sakit.” sahut Ustazah Nur dengan terengah-engah. Bukan saja karena kaget, tapi juga karena rangsangan birahi yang mulai menguasai tubuh sintalnya. Bagaimana tidak? Sambil mengusap kelentit, salah satu jari dokter Pram terus menjejalahi lubang kemaluannya. Laki-laki itu seperti merangsangnya. Misalkan ditambah jilatan, lengkaplah sudah ritual mesum itu.
”Ini cuma benjolan biasa, tapi untuk memastikannya, kita harus melakukan tes lain.” kata dokter Pram.
”T-tes apa, d-dok?” tanya Ustazah Nur dengan sedikit berbisik, ia mulai tidak bisa berpikir jernih. Tebalnya iman yang biasanya ia bangga-banggakan, perlahan terhapus oleh bayangan penis sang dokter yang katanya lima kali lipat besarnya. Kalau pakai jari saja sudah begini enak, gimana kalau pakai penis sungguhan? Ah, Ustazah Nur mengutuk dirinya sendiri. Bagaimana ia bisa berpikir seperti itu. Mencoba mengusir bayangan mesumnya, ia pun menarik nafas panjang.
”Ustazah lelah?” tanya dokter Pram yang melihat Ustazah Nur menghela nafas.”Ah, t-tidak. Saya cuma pingin rileks,” Ustazah Nur melemaskan lagi tubuhnya yang tadi sempat tegang. Dengan dokter Pram yang menarik jarinya dan sekarang berdiri di sampingnya, ia jadi bisa melakukan itu.
Bersambung… – Part 4 –
***
Baca Juga
- Cerita Ngentot Bersambung : Mamaku Idamanku dan Tetangga
- Cerita Seks Bersambung Birahi Ibu dan Anak
- Cerita Panas Bersambung Bugil dengan Pembantu
- Novel Dewasa: Seks Teman Kantor
- Cerita Dewasa: Seks Kebaya Merah
- Cerita Panas: Tukang Kebun Besar Kali
- Novel Erotis Istri Selingkuh
- Wattpad Dewasa Ngentot Anak SMP
- Cerbung Ngeseks Dengan Kakak Dan Adik Kandungku
- Ketahuan Coli Jadi Ngewe sama Bibi
- Ngentot Ukhti di Hutan
- Istri yang Diperkosa Supir
- Dibantu Intan di Kamar Mandi
- Hilangnya Perawan Pramugari