Cerita Seks Bersambung – ”Hah, hah,” Ustazah Nur hanya bisa terisak dan menggigit bibirnya saat dokter Pram mulai memompa tubuhnya. Mula-mula perlahan, tapi semakin lama menjadi semakin cepat hingga membuat tubuh ibu guru muda yang cantik itu jadi berguncang-guncang. Terutama tonjolan buah dadanya yang sangat besar, yang sayang jika disia-siakan. Maka dokter Pram segera menangkap dan memeganginya sambil menggigit ringan kedua puncaknya secara bergantian, membuat Ustazah Nur kian merintih dan menangis pilu.
Pagi itu, suasana yang sejuk berubah menjadi panas. Tubuh tua dokter Pram mulai dibanjiri keringat, begitu juga dengan Ustazah Nur. Kamar praktek dengan cat biru muda itu seolah-olah berubah menjadi kamar pengantin yang begitu indah (bagi dokter Pram), diiringi deritan ranjang besi yang bergerak pelan seiring goyangan sepasang manusia yang berbaring di atasnya.
Ustazah Nur sudah terdiam, pasrah akan nasibnya. Melawan seperti apapun, semuanya pasti sia-sia. Kelakuan bejat dokter Pram tidak mungkin dapat ia hindarkan. Memang ia sendiri yang salah, mau saja dijebak dengan alasan pemeriksaan lanjutan. Kalau tahu jadinya akan seperti ini, tentu ia akan menolak tadi. Penyesalan memang selalu datang terlambat.
Suara kecipak alat kelamin mereka semakin keras terdengar. Dokter Pram kembali melumat bibir Ustazah Nur yang mengatup rapat dan menghisapnya dengan begitu rakus. ”Jangan diam saja, Ustazah… saya tahu kalau Ustazah juga menikmatinya!” lenguh dokter Pram, membuat wajah Ustazah Nur jadi kian memerah.
”Auw!” Ustazah Nur menjerit ketika tiba-tiba dokter Pram merangkul dan memeluk ketat dirinya. Di bawah, ia merasakan penis sang dokter berkedut-kedut pelan saat menumpahkan segala isinya. Laki-laki itu telah orgasme, ejakulasi di dalam dirinya. Semprotan demi semprotan benih terlarangnya menerjang setiap sudut gua kenikmatan Ustazah Nur bagai air bah. Sangat kental dan banyak sekali.
Ustazah Nur menangis pilu, ia terisak pelan tanpa mengeluarkan suara. Saat dokter Pram bangkit meninggalkan tubuh sintalnya, tampak cairan putih kental mengalir keluar dari celah bibir kemaluannya, menciptakan danau kecil di atas sprei klinik yang putih bersih. Mata Ustazah Nur menerawang ke langit-langit kamar. Dadanya naik turun membawa serta dua gunung indah di atasnya, membuat dokter Pram jadi tergoda untuk menjamahnya kembali.
“Maafkan saya, Ustazah… saya khilaf. Sebagai lelaki normal, berat bagi saya untuk mengabaikan tubuh indah Ustazah begitu saja. Sekali lagi, maafkan saya. Kalau Ustazah ingin lapor ke polisi, silakan saja. Saya pasrah!” kata dokter Pram sambil membenahi celananya.
Ustazah Nur melirik sekilas ke penis sang dokter yang masih basah belepotan sperma. Benda sebesar lima jari itulah yang barusan merenggut kehormatannya. Kehormatan seorang istri yang lama tidak dipuaskan oleh seorang suami, yang tragisnya, menemukan kepuasan itu dalam sebuah pemerkosaan!Ya, Ustazah Nur tidak ingin munafik. Jujur ia mengakui, inilah persetubuhan ternikmat yang pernah ia rasakan. Penis besar dokter Pram seperti memanjakannya, meski pada awalnya memang sangat menyakitkan. Namun begitu alat kelamin mereka sudah mulai bisa terbiasa dan bisa menyesuaikan diri, bukan nyeri yang dirasakan oleh Ustazah Nur, melainkan rasa nikmat yang amat sangat, yang tidak pernah ia dapatkan dari sang suami.
Itulah sebabnya kenapa tadi ia terdiam di akhir-akhir permainan. Ustazah Nur rupanya mulai bisa menikmatinya. Tapi sayang, dokter Pram keburu keluar duluan. Kalau saja diteruskan lebih lama lagi, pasti Ustazah Nur akan orgasme juga, sesuatu yang sudah lama ia rindukan dan cari-cari.
”Maafkan saya, Ustazah.” kata dokter Pram sekali lagi, menyadarkan Ustazah Nur dari lamunannya.
Wanita itu memandang dengan muka sayu dan berujar. ”Saya tidak akan melaporkan ini ke polisi, dok, karena ini merupakan salah saya juga. Tapi saya berharap, ini jadi rahasia kita berdua.”
“Saya akan jaga rahasia ini, Ustazah,” jawab dokter Pram pelan sambil berupaya memeluknya, kali ini Ustazah Nur dengan pasrah meringkuk dalam dekapannya dan menumpahkan tangis di dada kurus sang dokter.
Entah siapa yang memulai, kembali bibir mereka saling bertemu dan berpagutan. Tangan dokter Pram kembali meremas-remas payudara montok milik Ustazah Nur, sementara Ustazah Nur dengan malu-malu membalas dengan mengusap-usap batang penis sang dokter yang kembali siap tempur.
”Ustazah?” lirih dokter Pram. Menyadari kalau ibu muda itu ternyata juga memendam hasrat kepada dirinya, maka dengan cepat ia kembali menindih dan mengangkangi Ustazah Nur. Ia arahkan batang penisnya ke selangkangan perempuan cantik itu.
”I-iya, lakukan, dok!” sahut Ustazah Nur dengan pasti.
Tersenyum penuh kemenangan, dokter Pram pun menusukkan penisnya. ”Jlebb!” kembali batang itu tenggelam dalam liang senggama Ustazah Nur.
”Arghh… dok!” Kali ini Ustazah Nur sudah tak malu-malu lagi mengeluarkan suara rintihan nikmat. Pantat moleknya tampak berguncang-guncang akibat hentakan sang dokter yang mulai bergerak cepat.
Tangan dokter Pram meraih gunung kembar yang terayun-ayun indah di dada Ustazah Nur. Ia memijit dan meremas-remasnya sambil terus menggoyang keras.”Ouuh… Dok!” rintih Ustazah Nur menemani tusukan dokter Pram. Tubuh mereka kembali basah, berkilauan oleh keringat. Ronde kedua ini lebih lama berlangsung. Ustazah Nur makin mendesah-desah saat nikmatnya orgasme mulai terasa datang menyerang tubuh sintalnya.
”Dok, terus! Aku… arghhhh!” dengan satu teriakan kencang, tubuh Ustazah Nur pun berguncang. Kemaluannya berkedut cepat memijit batang penis dokter Pram yang masih bergerak cepat. Bersamaan dengan itu, cairan bening berhamburan memancar dari liang senggamanya, menyiram penis sang dokter hingga jadi terasa basah dan lengket. Tubuh montok Ustazah Nur gemetar hebat saat mengalaminya. Itulah orgasme terdahsyat yang pernah ia alami seumur hidupnya. Yang pertama, sekaligus yang ternikmat.
”Ustazah, ahh…” dokter Pram menyusul tak lama kemudian. Kembali cairan spermanya menyiram mulut rahim Ustazah Nur secara bertubi-tubi.
Pagi itu, hubungan profesional seorang dokter dan pasiennya, telah melanggar batas, berubah menjadi hubungan terlarang sepasang manusia yang masing-masing telah terikat perkawinan.
Dokter Pram terlihat puas, begitu juga dengan Ustazah Nur. Wanita itu, yang awalnya begitu malu, sekarang sudah menjadi nakal dan ketagihan. Kembali ia merayu sang dokter tua hingga sekali lagi mereka melakukannya. Menjelang siang, saat sekolah sudah akan bubar, baru Ustazah Nur beranjak keluar dari kamar praktek dokter Pram. Tersungging senyum manis di bibirnya yang tipis.
Hari-hari berikutnya, hubungan haram itu terus berlangsung. Dan membawa konsekuensi tumbuhnya benih di rahim Ustazah Nur, padahal bayinya yang pertama masih berumur 3 bulan. Untunglah sang suami sama sekali tidak curiga, bahkan saat Ustazah Nur meminta untuk diantar periksa ke dokter Pram, laki-laki itu dengan senang hati melakukannya. Dibiarkannya sang istri tercinta masuk ke ruang periksa tanpa ia dampingi, ia sama sekali tidak tahu kalau di dalam, dokter Pram sudah menunggu kedatangan Ustazah Nur dengan tubuh telanjang dan penis mendongak ke atas begitu kencang.
*TAMAT*
Baca Juga
- Cerita Ngentot Bersambung : Mamaku Idamanku dan Tetangga
- Cerita Seks Bersambung Birahi Ibu dan Anak
- Cerita Panas Bersambung Bugil dengan Pembantu
- Novel Dewasa: Seks Teman Kantor
- Cerita Dewasa: Seks Kebaya Merah
- Cerita Panas: Tukang Kebun Besar Kali
- Novel Erotis Istri Selingkuh
- Wattpad Dewasa Ngentot Anak SMP
- Cerbung Ngeseks Dengan Kakak Dan Adik Kandungku
- Ketahuan Coli Jadi Ngewe sama Bibi
- Ngentot Ukhti di Hutan
- Istri yang Diperkosa Supir
- Dibantu Intan di Kamar Mandi
- Hilangnya Perawan Pramugari