Cerita Ngentot Bersambung – Aku rasa sudah cukup dan memutuskan untuk menyudahi aksi menguping ini. Dengan pelan-pelan aku beranjak dari sana dan keluar dari rumah.
Hatiku kacau, perasaanku masih campuraduk karena apa yang baru saja terjadi. Akupun memutuskan untuk berputar- putar dulu hingga jam seharusnya aku pulang sekolah. Itupun setelahnya aku juga ragu untuk segera pulang. Aku juga takut kalau ternyata tadi aku
ketahuan. Namun akhirnya aku tetap kembali ke rumah.
Saat aku kembali mama menyambutku seperti biasa. Aku rasa mama memang
tidak mengetahui keberadaanku tadi di depan pintu kamarnya. Namun sekarang aku bingung harus bersikap bagaimana kepadanya. Semua yang barusan terjadi
betul-betul merubah pandanganku terhadap ibu kandungku ini.
“Kamu kenapa sayang? Sakit?” tanya mama melihat aku hanya diam saja ketika disapa.
“Eh, nggak kok ma…”
“Oohh.. ya sudah, makan dulu gih, lemas banget kelihatannya, kayak habis lihat hantu aja, hihihi”
“Hehehe, iya Ma” jawabku malas. Oh, apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus mengatakan yang sebenarnya kalau aku sudah mengetahui perbuatannya? Atau terus tetap diam berpura-pura tidak tahu. Aku bingung. Sunguh bingung. Tapi ternyata dalam hatiku, aku ingin melihatnya lagi. Aku ingin melihat mamaku disetubuhi lagi.
Sejak kejadian itu aku jadi semakin sering memperhatikan mama, bukan hanya karena wajahnya yang memang cantik dan sedap dipandang, tapi aku selalu membanding-bandingkan sifat mama yang terasa sangat berbeda ketika kesehariannya bersama kami yang bagaikan ibu dan istri yang baik, dengan sifatnya waktu itu yang nakal bak pelacur.
Aku penasaran. Bahkan dua hari yang lalu aku sempat mencoba mengintipnya lagi, aku bolos sekolah hanya demi mengharapkan bisa melihat ibuku dizinahi orang sekali lagi. Tapi ternyata tidak ada tanda-tanda orang di rumah selain mama ketika itu. Tapi aku yang masih sangat penasaran ingin mencobanya lagi hari ini. Aku akan bolos lagi dan pulang lebih cepat
ke rumah.
Seperti biasa, mamapun mencium pipi anak-anaknya bergantian, lalu mencium pipi dan tangan papa sebelum kami berangkat. Senyum manisnya, sifat keibuannya, sungguh terlihat bagaikan mama dan istri yang baik. Tapi apa mereka tidak tahu bagaimana perangai mama yang sebenarnya!?
“Hati-hati di jalan yah…” ujar mama sambil melambaikan tangannya pada kami. Aahh.. dadaku berdebar kencang lagi dibuatnya. Mama…
Sesuai rencana, akupun tidak benar-benar pergi ke sekolah. Aku bolos. Dengan jam yang sama seperti waktu itu akupun kembali ke rumah dengan harapan semoga pak Jupri mengunjungi mama lagi. Tapi sisi diriku yang lain masih berharap semoga mama hanya sendirian di rumah, dan semoga yang ku lihat waktu itu hanya mimpi buruk.
Aku tidak tahu harus senang atau sedih saat ini, karena aku melihat ada sendal pak Jupri di depan rumah! Pria itu ada di dalam! Tapi aku tidak seberuntung waktu itu karena ternyata kali ini pintu depan terkunci. Sial! Tapi aku belum menyerah, akupun pergi menuju samping
rumah dengan harapan jendela besar yang ada di sana tidak tertutup. Aku lega ternyata demikian. Aku menemukan jalan masukku.
Dengan diam-diam akupun masuk ke dalam rumah. Sepertinya mereka ada di dalam kamar. Dan lagi-lagi pintu kamar mama tidak tertutup dengan rapat sehingga memberi ruang bagiku untuk dapat mengintip ke dalam. Namun baru saja aku hendak mengintip, pintu tiba-
tiba terbuka! Sepasang tangan hitam langsung menangkap tanganku. Aku ketahuan!
“Woi! Bener kan kata gue kalau ada orang!” Ujar pak Jupri sambil tangannya menjepit leherku dengan kasar.
“Maaa!” teriakku ketakukan memanggil mama.
“Mas, itu Andi mas! Andi!” teriak mama. Setelah pak Jupri memperhatikan sejenak kalau aku benar-benar Andi, barulah dia melepaskan tangannya dariku. Sekarang dia yang tampak sedikit panik karena perbuatannya ketahuan olehku. Mamapun juga terlihat panik.
Mungkin tidak menyangka aksinya kali ini akan ketahuan, apalagi oleh anaknya sendiri.
Sebuah situasi yang sangat tidak nyaman. Sejenak kami sama-sama diam karena tidak tahu apa yang harus diperbuat.
“Ka..kamu kok cepat pulang sayang?” tanya mama tergagap mencoba memecah keheningan. Aku tidak menjawab. Aku lebih terpaku melihat kondisi mama yang sedang tanpa busana.
“Kamu sudah tahu sebelumnya? Sudah pernah lihat?” tanya mama lagi. Kali ini aku mengangguk pelan. Ku lihat mama menghembuskan nafas, mungkin merasa pasrah karena ternyata aksinya ketahuan olehku.
“Sudah berapa kali lihat sayang?”
“Baru dua kali dengan ini ma…” jawabku.
“Oohh…”
Suasana kembali hening. Sesaat kemudian mama bangkit dari pinggir tempat tidur lalu datang menghampiriku. Mama yang tadi terlihat panik kini mulai terlihat tenang.
“Sayang.. kamu marah?” tanya mama lagi dengan suara lembut.
“Iya ma… tentu saja!”
Meskipun aku masih ada rasa sakit hati dan kecewa, tapi tidak ku pungkiri kalau
tubuh mama sangat indah. Baru kali ini aku melihat mamaku bertelanjang bulat dari dekat. Rambutnya hitam panjang sebahu, kulitnya yang putih mulus.
Terlebih sekarang mama sedang hamil 5 bulan, sungguh seksi sekali.
“Maafkan mama yah sayang.. Iya, mama tahu, mama memang salah, tapi… itu salah papamu juga karena selalu jarang ngasih mama jatah, kamu ngerti kan maksud mama? Kamu bisa paham kan?” ujar mama membela diri. Aku mencoba untuk menahan emosiku, sekaligus mencoba memaklumi alasan mama berbuat seperti ini. Tapi memang tidak semudah itu aku bisa menerimanya. Kalau dia orang lain aku mungkin tidak begitu peduli. Tapi dia adalah mamaku, ibu kandungku. Terlebih sepertinya mama sudah sering melakukan ini.
“ Tolong jangan kasih tahu papa yah sayang…” ujar mama lagi sambil
membelai pipiku. Emosiku menjadi luluh, bahkan kini aku malah semakin bernafsu
melihat keadaan mama. Keringatnya yang membasahi tubuhnya terlihat jelas olehku.
Wajahnya bersemu merah dengan hiasan senyum manis. Mama benar-benar terlihat cantik dan menggairahkan.
“I..iya ma”
“Janji yah sayang… nanti kamu mama kasih uang jajan deh…”
“Iya ma, janji” jawabku nurut-nurut saja. Ku pikir memang lebih baik tidak ku beritahu. Aku tidak ingin keluarga kami malah jadi hancur, kasihan adik-adikku.
“Eh, Lisa, kok anak lo cuma dikasih uang jajan aja sih?” pak Jupri tiba-tiba ikut-ikutan. Dia tampaknya tidak terlihat takut lagi karena ketahuan olehku. Malah seperti menganggap aku bukan siapa-siapa.
“Hmm? Emang adek kasih apa lagi mas?” tanya mama.
“Kasih nonton liat gue entotin lu kek, huahahaha… ayo, lo mau lihat kan?” tawar pak Jupri yang membuat aku terkejut, Mamapun juga tampak terkejut. Tentu saja aku tidak menyangka dia akan berkata seperti itu. Menawarkan aku untuk melihat ibu kandungku disetubuhi olehnya? Sungguh bejat! Tapi aku memang penasaran juga ingin melihatnya. Kecantikan mamaku memang menimbulkan daya tarik tersendiri.
“Ish… mas ini ada-ada aja, masa adek disetubuhi di depan anak sendiri sih?” kata mamaku bertingkah manja mencubit paha Pak Jupri.
“Memang kamu mau lihat sayang?” tanya mama kemudian padaku sambil tersenyum manis.
“Eh, a..anu…” Aku sungguh bimbang. Satu sisi tentunya aku masih tidak rela mamaku dizinahi orang lain, apalagi sampai menontonnya langsung. Namun di sisi lain aku sangat bernafsu ingin menonton orang bersetubuh secara langsung, terlebih wanita itu adalah ibu
kandungku sendiri yang sangat cantik. Melihat aku lama diam, mamapun berbicara.
“Tuh.. dia gak mau mas. Masa melihat mamanya sendiri disetubuhi sih? Sama
orang lain yang bukan papanya macam mas lagi, hihihi” tawa mamaku cekikikan yang disambut gelak tawa keras si brengsek Jupri. Perasaanku sungguh campur aduk melihatnya!
“Nggak ma, aku mau lihat kok!” ujarku cepat kemudian. Sial! Apa yang barusan
aku katakan. Aku terang-terangan berkata ingin melihat ibuku sendiri disetubuhi orang lain?? Aku sudah gila! Tidak memberi tahu ayahku saja itu sudah keterlaluan, ini aku malah ingin menonton perzinahan ibuku dengan orang lain. Ahhh… kenapa denganku! Dia itu mama! Ibu kandungku!
“Hmm? Kamu mau lihat sayang?”
“Iya ma… boleh?” tanyaku malu-malu.
Sekarang aku malah berdebar-debar mengharapkan kalau mama memang membolehkan aku menonton perbuatan terlarangnya itu. Sedangkan si Jupri semakin keras tertawanya seakan memandang rendah mama dan aku.
“Huahahaha, tuh kaaaann… gue yakin lo pasti penasaran ngelihat mama lo dientotin. Mama lo ini emang bikin siapa aja nafsu, bahkan anak kandungnya sendiri, huahahaha” ujarnya yang lagi- lagi disambut cubitan mama di pahanya.
“Ya sudah, kamu kunci jendela tempat kamu masuk tadi yah sayang. Untung tadi kamu yang masuk, bukan papa, hihihi” suruh mama. Segera saja ku turuti, setelah selesai aku langsung kembali lagi ke kamar mama. Saat ku kembali ku lihat mama sedang asik
berciuman. Darahku kembali berdesir melihat pemandangan ini.
“Ma…” panggilku lirih. Mamapun melepaskan ciumannya.
Part Selanjutnya… Part 3
***
Baca Juga
- Cerita Dewasa Bersambung: Kenikmatan Tante Girang
- Cerita Seks Bersambung Birahi Ibu dan Anak
- Cerita Panas Bersambung Bugil dengan Pembantu
- Novel Dewasa: Seks Teman Kantor
- Cerita Dewasa: Seks Kebaya Merah
- Cerita Panas: Tukang Kebun Besar Kali
- Novel Erotis Istri Selingkuh
- Wattpad Dewasa Ngentot Anak SMP
- Cerbung Ngeseks Dengan Kakak Dan Adik Kandungku
- Ketahuan Coli Jadi Ngewe sama Bibi
- Ngentot Ukhti di Hutan
- Istri yang Diperkosa Supir
- Dibantu Intan di Kamar Mandi
- Hilangnya Perawan Pramugari