Cerita Seks Bersambung – Keringat dingin mulai keluar dari dahi sang dokter saat ia terus bekerja. Kali ini giliran yang sebelah kanan yang ia garap. Sama seperti tadi, ia juga memencetinya bagian demi bagian hingga terjamah seluruhnya. Rintihan halus mulai terdengar dari mulut manis Ustazah Nur. Wanita itu memejamkan kedua matanya rapat-rapat sambil menggigit bibir bawahnya kuat-kuat untuk meredam teriakan.
Dokter Pram tersenyum, rupanya bukan dia saja yang tengah bergairah. Menyeringai senang, iapun terus menggerakkan tangannya. Kini dengan dua tangan ia pegangi buah dada Ustazah Nur. Satu tangan untuk satu gundukan. Orang bodohpun tahu, posisi itu adalah posisi laki-laki yang sedang merangsang seorang wanita. Bukan seorang dokter yang tengah memeriksa pasiennya.”Ehm… dok!” Ustazah Nur merintih, tubuh mulusnya menggeliat. Tapi bukan karena sakit, justru karena merasa nikmat oleh pijitan sang dokter.
”Tahan, Ustazah. Sebentar lagi selesai.” lirih dokter Pram. Tangannya terus bergerak meremas-remas tumpukan daging kenyal di dada Ustazah Nur yang membusung indah. Ia sudah tidak lagi gemetar seperti tadi, kini sudah sangat mantab dan berani. Apalagi saat dilihatnya Ustazah Nur sama sekali tidak menolak, malah cenderung menikmatinya.
Dengan batang penis yang kian mendesak celana panjangnya, dokter Pram menepuk bahu Ustazah Nur. ”S-sudah, Ustazah.” panggilnya mencoba menyadarkan Ustazah Nur.
Wanita itu membuka sedikit bola matanya. “Ah, i-iya.”
”Tidak ada yang salah dengan tubuh Ustazah, semuanya normal dan baik-baik saja.” kata dokter Pram sambil matanya tak berkedip menatap busungan dada Ustazah Nur yang bergerak turun naik di depan hidungnya.
”Ah, s-syukurlah kalau b-begitu.” sahut Ustazah Nur lirih. Rasa sakit di bawah perutnya memang sudah hilang sekarang.
”Tapi saya curiga ini karena kesalahan saya,” sambung dokter Pram.
”Kesalahan dokter? Maksudnya?” tanya Ustazah Nur tak mengerti.
”Mungkin saya kurang teliti dalam memeriksa, jadi penyakit Ustazah terlewat dari pengamatan saya.” jelas dokter Pram.
Ustazah Nur berusaha mencerna kata-kata itu. Lalu, ”Ehm, jadi… dokter mau melakukan pemeriksaan ulang, gitu?” tanyanya.
Dokter Pram mengangguk, ”Dengan ustazah melepas bh ini,” jarinya menunjuk beha putih susu yang masih bertengger di atas gundukan payudara ustazah Nur. ”Saya harus memegangnya langsung, kulit bertemu kulit. Dengan begitu, saya bisa memastikannya dengan lebih teliti.” tambahnya sebelum Ustazah Nur sempat membantah.
Ibu guru berjilbab itu kembali terdiam, berat sekali rasanya menanggung semua ini. Sebelum kesini tadi, ia sama sekali tidak menyangka kalau akan disuruh telanjang. Tapi sekarang?
Ah, namun penyakitnya sangat perlu untuk diobati. Rasanya sakit sekali kalau lagi kambuh. Lebih baik ia telanjang daripada merasakannya lagi. Bisa-bisa ia pingsan kalau rasa sakit itu datang lagi.
Maka, sambil menghela nafas panjang, Ustazah Nur pun berucap. ”Bagaimana kalau tangan dokter masuk ke dalam. Saya malu kalau harus melepasnya, malu sekali!” bisiknya.
Dokter Pram mengangguk, ”Begitu juga bisa,”
Selesai berkata, dengan tangan bergetar, dokter tua itupun menjamah payudara Ustazah Nur. Jari-jarinya menyusup masuk ke balik cup bh sang ibu muda.”Ahh…” Ustazah Nur melenguh saat merasakan jari-jari sang dokter yang mulai melingkupi tonjolan buah dadanya. Dokter itu mengusap-usap pelan seluruh permukaannya yang halus dan mulus, terutama putingnya, beberapa kali jari dokter Pram seperti sengaja menjepit dan memilinnya, membuat butiran keringat mulai bermuncul di dahi Ustazah Nur yang masih tertutup jilbab.Dokter Pram tersenyum menyaksikan betapa nafas pasiennya yang cantik ini mulai sedikit tidak teratur. Ia terus memijit dan meremas-remas, merasakan betapa payudara Ustazah Nur begitu licin dan empuk dalam genggaman tangannya. Pesona benda itu begitu luar biasa hingga membuat dokter Pram jadi ikut kesulitan untuk mengatur nafas.
”Dok…” tegur Ustazah Nur dengan suara nyaris berbisik.
”Shh… tenang, Ustazah.” desis dokter Pram untuk menenangkan. ”Saya masih belum selesai,” ucapnya dengan tangan terus bergerak. Dari yang kiri, selanjutnya berpindah ke yang kanan. Ia terus meremas-remas payudara Ustazah Nur yang bulat besar dengan penuh kelembutan. Dari degup jantung dan deru nafas sang dokter yang kian memacu, sudah bisa ditebak betapa luar biasanya rasa bulatan kembar itu.
”Dok…” Ustazah Nur kembali berbisik, ia memegang kedua pergelangan tangan sang dokter, berusaha sedikit menarik dari permukaan buah dadanya.
Tapi dokter Pram yang sudah terlanjur enak, tentu saja tidak mau berhenti begitu saja. ”Tahan, tinggal sedikit lagi.” sahutnya sambil terus mempertahankan remasan tangannya.
Ustazah Nur terdiam, ia sudah tidak bisa lagi memprotes. Malah yang ada sekarang, bulu kuduknya mulai meremang. Lalu tubuhnya yang sintal jadi sedikit agak gemetar, dengan diiringi deru nafas yang mulai tidak beraturan. Sepertinya ia sudah mulai kehilangan kendali. Habisnya, siapa juga yang tahan diremas-remas seperti itu. Wanita manapun pasti takluk, tak peduli seberapa hebat imannya.
Cup beha Ustazah Nur mulai tertarik ke atas secara perlahan-lahan, menampakkan gundukan daging kenyal yang ada di dalamnya, yang tengah ditampung oleh dokter Pram ke dalam genggaman tangannya.
”Dok, jangan…” lirih Ustazah Nur saat melihat dokter tua itu mulai menunduk untuk menciumnya.
Tapi dokter Pram yang pertahanan moralnya sudah tumbang, cepat menindihnya. Ustazah Nur berusaha untuk melawan dengan mencoba mendorong tubuh laki-laki tua, namun apalah arti tenaga seorang wanita dibanding pria yang tengah terbakar nafsu. Dengan mudah dokter Pram bisa meringkusnya.”Dok… jangan, ini tidak boleh… mmmff!!” ucapan Ustazah Nur terhenti ketika dokter Pram menyumpal paksa mulutnya dengan ciuman. Laki-laki itu mencucup dan melumatnya penuh nafsu sambil tangannya terus bergerak meremas-remas bukit kenyal di dada Ustazah Nur.
”Mmmf… Dok, mmmhh!” tangan Ustazah Nur terus meronta, namun dokter Pram cepat menangkap dan merentangkannya ke atas, membuat perempuan cantik itu jadi benar-benar tidak berdaya sekarang.
Kembali dokter Pram melumat bibirnya, ia menahan pergelangan tangan Ustazah Nur dengan satu tangan karena sebelah tangannya sibuk berupaya melepas ikatan celana panjang yang ia pakai. Ustazah Nur mulai menangis terisak, tubuhnya menggeliat-geliat, berusaha melakukan perlawanan untuk yang terakhir kali. Namun itu justru menciptakan pemandangan sensual yang makin membangkitkan birahi sang dokter tua. Mata Ustazah Nur membelalak dan kian panik ketika dengan paksa dokter Pram merenggut celana dalamnya.”Dok, jangan!” Ustazah Nur sama sekali tidak bisa melawan. Kakinya yang tertahan di kaki ranjang tidak bisa dirapatkan. Akibatnya, batang penis sang dokter yang sudah ngaceng berat -yang ukurannya lima kali lipat dari penis sang suami- tepat berada di antara kedua pahanya, mencari-cari lubang kemaluannya untuk dimasuki.
”Ahh, Dok!” rintih Ustazah Nur saat merasakan tumbukan benda itu di bibir alat kelaminnya, dan terus berusaha mendorong masuk hingga menemukan celahnya, yang ternyata… telah begitu basah.
Dokter Pram tersenyum, ”Tahan, Ustazah. Akan saya masukkan sekarang. Ustazah pasti akan menyukainya.” bisik laki-laki tua itu sambil mulai mendesakkan pinggul. ”Ahh…” ia melenguh saat merasakan jepitan kemaluan Ustazah Nur yang ternyata lebih sempit dari rongga vagina Mia, perawat yang tadi membantunya, yang sudah sering ia tiduri saat sedang bertugas.
”Ugh,” Ustazah Nur hanya bisa meringis pasrah, air mata terus mengalir menemani isakan masih yang keluar dari mulutnya.
”Maafkan saya, Ustazah… tubuh Ustazah begitu menggoda, bukan salah saya kalau jadi nggak tahan seperti ini.” ujar dokter Pram sambil berusaha mengayun-ayunkan pinggulnya.
Bersambung… – Part 6 –
***
Baca Juga
- Cerita Ngentot Bersambung : Mamaku Idamanku dan Tetangga
- Cerita Seks Bersambung Birahi Ibu dan Anak
- Cerita Panas Bersambung Bugil dengan Pembantu
- Novel Dewasa: Seks Teman Kantor
- Cerita Dewasa: Seks Kebaya Merah
- Cerita Panas: Tukang Kebun Besar Kali
- Novel Erotis Istri Selingkuh
- Wattpad Dewasa Ngentot Anak SMP
- Cerbung Ngeseks Dengan Kakak Dan Adik Kandungku
- Ketahuan Coli Jadi Ngewe sama Bibi
- Ngentot Ukhti di Hutan
- Istri yang Diperkosa Supir
- Dibantu Intan di Kamar Mandi
- Hilangnya Perawan Pramugari